Puisi Djahar Muzakir

SYAIR KESADARAN

ah ternyata kucuma bisa menerka
daun gugur satu kuduga dua ternyata tiga
ada yang tak terkabarkan sunyi
ada yang diam-diam mengintip tarikan nafas

ah ternyata kucuma bisa sekata
hari dia bedok tak kutahu siapa
ada yang menggenggam kunci hitam
diam setiap detik mengancam

ah ternyata kucuma bisa terima
kumau ini diberi itu
ada yang menebarkan ransom malam-malam
ada yang tak bisa kubujuk tipu

2003


SETELAH MELANGKAH

setelah melangkah menempuh belantara cahaya
kutiba juga didermaga tua
tiang-tiangnya rapuh
dan jalan papannya yang menjulur kelaut
sepertinya sudah teramat lemah
bertahun-tahun jadi pangkalan
nasib baik atau buruk disitu ditentukan
sebelum melompat
tepat dikapal cepat atau tenggelam dan terlupakan

pelan-pelan kutapaki papan berkeriutan
pelan-pelan
kusambut kesinaraan

2003

Biografi Djahar
Nama Lahir tgl 5 Maret 1963 di Bogor dengan nama lengkap Djahar Muzakir. Menamatkan jenjang S1 jurusan Bahasa dab Sastra daerah Fak. Sastra UNPAD tahun 1988.Menulis Puisi, cerpen dan artikel sejak SMA. Karyanya dimuat di berbagai media massa Lokal Jawa Barat dan nasional, diantaranya harian Pikiran Rakyat, Bandung Pos, Pelita, Berita Buana, Bernas (Yogyakarta), Banjarmasin Pos, Majalah Nona, Aneka; dsb. Tahun 2003-2004 menulis dua novel berjudul Hisap, Hisap racun Jakarta dan Imperium diujung tanduk yang dimuat secara bersambung di harian Warta Kota (Jakarta). Pernah memimpin Koran Bogor- media informasi dan iklan yang disebarkan secara gratis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SENI RUPA GRAFIS

Puisi G. Sukaton

Merdunya adzan melebihi sebuah lagu